SANEPO – Meta meluncurkan fitur anti-penipuan WhatsApp dan Messenger terbaru, sebuah langkah proaktif untuk memberantas maraknya penipuan daring yang menyasar kalangan lanjut usia (lansia).
Fitur ini dirancang untuk mendeteksi aktivitas mencurigakan dan memberikan peringatan dini kepada pengguna.
Dilansir dari Antara News yang mengutip TechCrunch pada Selasa (21/10/2025), Meta memperkenalkan fungsionalitas deteksi penipuan baru di dua platform perpesanan instan populernya tersebut.
Cara Kerja Fitur Keamanan di WhatsApp dan Messenger
Implementasi fitur di kedua platform memiliki mekanisme yang sedikit berbeda namun dengan tujuan yang sama.
Di WhatsApp, fitur anti-penipuan WhatsApp ini akan menampilkan peringatan khusus ketika pengguna mencoba membagikan layar (screen sharing) selama panggilan video dengan kontak yang tidak dikenal.
Menurut perusahaan, metode berbagi layar ini sering dieksploitasi penipu untuk mencuri informasi sensitif, seperti data perbankan atau kode verifikasi sekali pakai (OTP).
Sementara di Messenger, Meta tengah menguji teknologi deteksi penipuan yang lebih canggih menggunakan kecerdasan buatan (AI).
Sistem akan menilai apakah pesan yang masuk tergolong mencurigakan. Jika aktivitas penipuan terdeteksi, pengguna akan menerima peringatan jelas bertuliskan, “berhati-hatilah, Anda berisiko kehilangan uang.”
Targetkan Lansia dengan Rekayasa Sosial
Layar peringatan di Messenger juga akan menampilkan berbagai modus penipuan yang umum digunakan, seperti tawaran kerja dari rumah (WFH) palsu, investasi bodong, atau janji keuntungan finansial cepat.
Pengguna diberi opsi untuk segera memblokir atau melaporkan akun mencurigakan tersebut.
Kehadiran fitur anti-penipuan WhatsApp dan Messenger ini sangat penting, mengingat pelaku penipuan daring yang menyasar lansia kerap menggunakan teknik rekayasa sosial.
Meta menyoroti bahwa penipu sering memanfaatkan pendekatan emosional, seperti ketertarikan romantis, untuk memikat korban yang mungkin kurang aktif di dunia maya atau mengalami demensia awal.
Orang-orang yang kesepian juga sering menjadi target untuk dikuras tabungannya.
Tindakan Tegas Meta dan Kolaborasi Industri
Sebagai bagian dari upaya berkelanjutannya, Meta menyatakan telah mendeteksi dan menindak sekitar delapan juta akun yang terlibat dalam aktivitas penipuan daring selama paruh pertama 2025.
Akun-akun ini terhubung dengan pusat operasi penipuan di berbagai negara seperti Myanmar, Laos, Kamboja, Uni Emirat Arab, dan Filipina.
Perusahaan juga menindak lebih dari 21.000 halaman dan akun Facebook yang berpura-pura menjadi layanan dukungan pelanggan untuk mencuri data pengguna.
Selain meluncurkan fitur anti-penipuan WhatsApp, Meta juga bergabung dengan National Elder Fraud Coordination Center.
Lembaga nirlaba ini menyatukan penegak hukum dengan raksasa teknologi lain seperti Amazon, Google, Microsoft, dan Walmart untuk memerangi penipuan yang menargetkan lansia.
(*)





