SANEPO â Samsung resmi memasuki pasar mixed reality (XR) dengan meluncurkan Samsung Galaxy XR, yang menjadi headset pertama berbasis platform Android XR.
Perangkat ini merupakan hasil kolaborasi strategis antara Samsung, Google, dan Qualcomm, yang dirancang tidak hanya untuk hiburan tetapi juga sebagai alat produktivitas imersif yang terintegrasi penuh dengan kecerdasan buatan (AI).
Samsung Galaxy XR diposisikan sebagai perangkat high-end untuk membangun ekosistem realitas campuran yang kuat.
Dilansir dari Marketeers, Rabu (22/10/2025), headset ini ditenagai oleh chipset gahar Snapdragon XR2+ Gen 2, didukung RAM 16 GB dan penyimpanan internal 256 GB.
Untuk pengalaman visual mendalam, perangkat ini menggunakan layar micro-OLED beresolusi sangat tinggi, dilengkapi teknologi pelacakan mata dan tangan yang presisi. Dari segi konektivitas, Galaxy XR telah mendukung standar terbaru Wi-Fi 7 dan Bluetooth 5.4.
Guna menjaga bobot perangkat di kepala tetap ringan, Samsung mengadopsi modul baterai terpisah. Baterai ini diklaim mampu bertahan sekitar 2 jam untuk penggunaan umum atau hingga 2,5 jam khusus untuk konsumsi video.
Integrasi AI Gemini dan Ekosistem Google
Berbeda dari perangkat hiburan virtual biasa, Samsung menegaskan bahwa Galaxy XR adalah perangkat AI-native.
Dirangkum dari 9to5Google, integrasi sistem AI Gemini dari Google memungkinkan pengguna berinteraksi secara intuitif melalui suara, gerakan, maupun penglihatan.
Sejumlah aplikasi inti Google seperti Maps, Chrome, YouTube, dan Google Photos telah dioptimalkan secara khusus untuk pengalaman XR ini.
Hal ini menjadikannya alat produktivitas serius, memungkinkan pengguna menjelajah peta, menonton video, hingga bekerja secara virtual dalam satu platform.
Harga dan Tantangan Pasar
Pada peluncuran awalnya, Samsung Galaxy XR dibanderol dengan harga US$ 1.799, atau setara lebih dari Rp 30 juta.
Perangkat ini akan tersedia lebih dulu untuk pasar Amerika Serikat dan Korea Selatan. Hingga berita ini diturunkan, belum ada konfirmasi resmi mengenai ketersediaan Galaxy XR di pasar Indonesia atau Asia Tenggara lainnya.
Meskipun menjadi pesaing kuat di segmen XR premium, beberapa analisis pasar mencatat sejumlah tantangan. Harga yang sangat tinggi dinilai dapat membatasi penetrasi pasar massal.
Selain itu, adopsi VR/AR oleh konsumen umum masih belum menjadi kebutuhan utama, dan model baterai terpisah dengan durasi pakai terbatas mungkin menjadi penghambat untuk penggunaan harian.
***





